Begitulah kira-kira. Hari ini sms. Besok sms. Lusa sms.
Sms…sms…sms…sms…dan sms…!
Setelah beberapa kali sms. Lalu… Sms lagi!
Betapa dunia mengijinkan kita untuk terus-menerus sms-an. Dan akhirnya kita “penasaran” dan sepakat untuk “ketemuan”. Tempat dan jam bertemu pun disepakati, yaitu di FAIR EXPO yang waktu tuh ada di samping Stadion Diponegoro Banyuwangi. Tepatnya hari Minggu pukul 19.00 wib (soal bulan dan tanggal pastinya aku sudah lupa karena ini cerita lama yang aku alami).
Hari H-pun udah di depan mata, layaknya anak muda jaman sekarang dan baru dapet kencan pertama, dandanan pun jadi masalah habis-habisan! Karena ingin terlihat perfect & sempurna dimata wanita yang pertama kali kita temuin, soalnya aku pas-pasan, kalo tanpa dandan makin pas-pasan! Singkat cerita, setelah datang ketempat yang sudah di sepakati kita akhirnya ketemu dan aku sempat kecewa, aku kira dia tinggi setinggi aku yaitu 160cm, tapi ternyata dia setinggi tapir duduk (lha, kalo bediri setinggi apa donk?). Tapi, itu semua gak jadi masalah, karena niat dari awal bukan menilai penampilan apalagi tinggi badan, dari pertemuan itulah rasa ingin memiliki dia seutuhnya tiaba-tiba muncul berselang tiga hari dari saat kita bertemu untuk pertama kalinya. (catatan : pikir-pikir dulu sebelum kenalan lewat HP).
Jadi, aku beranikan diri untuk say ”LOVE & SAYANG” sama dia seperti bertaruh undian. Jika beruntung maka syukur, jika gak beruntung gantung diri. Tapi semua berjalan sesuai keinginan, akhirnya dia membalas rasa yang aku ungkapkan, saat itu juga aku batal bunuh diri. Hati rasanya seneng enggak ketulungan, seolah yang lain udah lewat dan enggak ada hari-hari yang seindah hari itu, sampai kita bisa bertahan selama 3 tahun dan menjalin hubungan yang di mulai dari 0 (Nol), tapi sayang semua gak seindah pertama kali aku say ”Love” ke dia. Makin lama, makin banyak masalah yang muncul ke permukaan (emangnya lele kuning?). Mulai dari kebohongan soal keluarga, sampe soal identitas dia sendiri…dll
Seperti masalah identitas,nama aslinya dengan nama yang dia kasih waktu pertama kali kita kenalan, ternyata palsu. Masih banyak yang lainnya, kalo masalah keluarga, dia bilang di Banyuwangi cuma ikut dengan keluarga jauhnya dan keluarga aslinya ada di Bali, tapi kenyataan, rumah dan keluarganya yang asli ada di Banyuwangi. Dan keluarga yang dibilang ada di Bali. Ternyata bohong juga.
Semua terungkap setelah diceritain sama teman dari sahabatku, sebuah kebohongan yang dia ungkapkan pada teman dari sahabatku tadi. Dari situlah aku tahu semua kebohongan terbesar yang telah dia buat selama 3 tahun aku mencintainya.
Dari awal, aku gak pernah mempermasalahkan dia mau dari keluarga kaya/miskin. Yang penting waktu itu adalah aku sayang sama dia (titik). Tapi ternyata, itu balasan dari rasa sayang yang selama ini aku beri. Apa perlu, sampai membohongiku selama 3 tahun seperti itu!? (freak).
Ibarat air laut yang biru, dia itu permukaannya doank yang kelihatannya tenang. Menyenangkan untuk dilihat. Tapi, di bawah permukaan itu tadi, tepatnya dasar laut, banyak gelombang (masalah) yang dari awal enggak pernah aku duga bakal muncul untuk memecah ketenangan permukaan itu.
Mungkin… semua bukan karena salah dia seutuhnya. Mungkin karena aku juga bodoh. Begitu saja menelan mentah-mentah semua kata-katanya. Padahal saat itu aku memang belum benar-benar mengenal dia, apalagi mengenal keluargnya. Karena memang, dari awal aku enggak pernah dipersilahkan atau ngijinin, buat main kerumahnya dan mengenal keluarganya.
Dan, selama 3 tahun tersebut. Aku hanya bisa menunggu dia. Menunggu, dan menunggu lagi. Untuk dia, mengundang aku datang kerumahnya dan memperkenalkan aku dengan orang tuanya. Tapi apa hasilnya?? Semua sia-sia. Parahnya, aku sudah mendapatkan penilaian jelek oleh orangtuanya. Karena mereka pikir, aku suka bawa anak mereka seenaknya, tanpa pamit, dan gak punya sopan santun. Padahal anak mereka sendiri yang enggak pernah ngijinin aku buat ketemu orangtuanya. Saat itu juga aku hanya bisa menghela nafas. Yang aku rasain adalah sakit. Sakit yang begitu menyayat hati ini. Sedangkan dia, hanya berkata “maaf” atas sikap dan makian orang tuanya itu. Tetapi, sebelum dia meminta maaf, aku sudah memaafkan kedua orang tuanya.
Lalu… semua cerita ini aku akhiri dengan sebuah pesan (sms) :
”Kita sudah memulai dari awal yang salah dan hasilnya pun di luar keinginan kita, aku sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk kita tapi itu semua enggak ada artinya jika dari awal aku enggak pernah bisa kenal dengan orang tuamu, mungkin ini saatnya kita menempuh jalan sendiri-sendiri aku gak mau memaksa orangtuamu untuk menerima aku karena aku sudah tahu mereka sekarang enggak suka dengan aku, dan aku juga gak bisa memaksain keadaan. Maaf, mungkin ini terlalu nyakitin wat aku dan kamu tapi ini juga demi kamu, semoga kedepannya hubunganmu bisa direstui oleh orangtuamu, thanks 4 all”.
Itulah sms terakhir dariku untuknya.
Yah… memang lucu. Awal kita ketemu, lewat sms. Dan sekarang, semua berakhir lewat cara yang sama (sms). Keputusan ini memang menyakitkan. Tapi, akan lebih menyakitkan, jika terus bersama dengan orang yang tidak jujur, apalagi tidak tulis kepada kita. Ditambah lagi tanpa restu orang tua pasangan kita. Tapi satu hal yang aku pelajari.
“Gak cinta yang salah, yang ada itu, mencintai orang yang salah…”
Oleh : Andre, fb : Andrew Mick Meyer
CINTA DAN KEBOHONGAN ----- Selesai
4 comments
merinding bacanya....
ReplyDeleteini cerita siapa ka..
Oh, ini cerita pribadinya temen kka de, tuh yang ada diatas itu foto aslinya dia. ^_^
ReplyDeletehe'em... rasanya mirip sama kisah aku.. (haha dasar suka mirip-miripin(-_-")>)
ReplyDeleteGitu yah de..
ReplyDeleteTapi gak papa kok. Didunia itu emg wajar banyak cerita yang sama. Cz mengalami kejadian yang sama. ^_^
Sebelum komentar, klik "Notify Me" untuk mengetahui komentar anda telah dibalas oleh saya atau pembaca blog saya.