CINTA DAN KEBOHONGAN .Bag 1

By Ricky Hermawan Go - Thursday, November 25, 2010





Cerita pendek ini aku tulis berdasarkan pengalaman pribadiku. Ini cerpen tentang cinta, dimana didalamnya aku bercerita tentang cinta yang dihiasi dengan kebohongan. Betapa bodohnya, bagaimana bisa cinta dihiasi kebohongan. Yang ada malah jengkel! Anehnya, setelah peristiwa itu, aku masih belum bisa mendiskripkan apa itu cinta, atau mungkin malah bingung kalau ditanya “apa itu cinta?”. Karena pada kenyataannya enggak pernah ada, orang  mampu mengartikan “cinta” secara kompleks! Dijabarkan kepanjangan, disimpulkan malah jadi gak lengkap. Karena seharusnya cinta itu bukan diartikan. Tapi dirasakan, dan dijalani. 

Aku mungkin bisa mengatakan dengan bangga kalo cerpenku ini sudah ku tulis kembali dengan baik, lengkap dan sempurna. Karena pencipta asli cerita ini adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa, dan tiada kekurangan bagi-Nya. Tapi aku masih butuh seorang editor yang lihai bermain kata-kata & tanda baca dalam penulisan. Oleh karena itu, sebelum cerpen ini beredar. Aku mempercayakan  pengeditan cerpen ini kepada seorang teman. Cowok mokong, sinting, sedikt miring (apa bedanya?), dimana ketidak warasannya itu makin lengkap setelah dicampur dengan idiot. Entah kenapa aku memilih dia. Mungkin aku “lagi insaf” atau mungkin “lagi kesambet”. Tapi yang jelas tiap kata-kata konyol dan tata penulisan yang ada dalam cerpen ini dia yang buat. Jadi kalo ada yang salah ketik, salahkan dia! Hehe.. Berikut cuplikan komentar Ricky : “Naskah awal kamu PARAH, ndre…!”. Terima kasih buat Ricky. Ricky : “Sama-sama, MONYET”. Yah… itulah Ricky. “Tai, loe!”

Tapi apapun yang terjadi, ini adalah kisahku. Segala yang ada didalamnya adalah pengalamanku. Tokohnya aku, penulisnya aku, pokoknya semuanya aku! Jadi aku tarik lagi kta-kata tulisanku yang diatas. Kalo ada yang cerita yang jelek bahkan penulisan yang salah, itu adalah murni “kesalahanku”. Absolutly!

Namaku Andre. Diceritakan pada cerpen ini, usiaku masih 19 tahun. Dan sedang mengenyam pendidikan di Universitas Swasta di kota Banyuwangi tercinta.

Semua berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita yang berinisial “T ” postur tubuh kira-kira 154 cm, berkulit sawo matang, berambut hitam, panjang dan terurai, wajahnya mungkin tidak terlalu cantik, tapi dia manis. Dari sebuah acara “cari teman” milik stasiun radio swasta, cerita kami dimulai. Saat itu dia ingin mencari teman untuk sharing masalah pribadinya. Merasa yakin bisa jadi teman yang baik, ku ambil HP, ku tekan no telephon stasiun radio itu. Setelah itu kita tukeran no HP. Betapa dunia mengijinkan kita, untuk saling kenal.

Sebagai cowok jantan, atletis, berbadan tinggi, dan kekar. Itulah Aderai. Dengan sedikit tambahan tatto naga ditangan kiri, tindik ditelinga, dan alis tebal, jadilah preman pasar tanah abang (ga penting). 

Mungkin aku bukan Aderai yang beotot kekar, Mungkin juga aku bukan preman tanah abang yang  sangar, tapi setidaknya mentalku masih jantan. 

Aku menghubungi dia duluan via sms. Kira-kira seperti ini :

Hai, nama kamu siapa….?? Anak mana????“ Simpel & jelas, untuk seorang cowok yang ngajak kenalan (menurutku).

Gak lama sms-ku dibales. To the point, dia cerita semua masalah dia sampe ke borok-boroknya. Aku mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Dia sudah puas bercerita. Giliranku ngoceh sampe ke bisul-bisulku! 

Enggak ko… Setelah dia selesai curhat… aku memberinya saran, masukan, dan pengertian. Entah apa yang terjadi. Tiba-tiba semua terasa beda. Tak lama semua bukannya membuat kita akrab, tapi malah membuat hubungan kita indah. Semakin hari, semakin sempurna. Karena selanjutnya, tiap hari, tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detik, kita lewati bersama (masih via sms). Layaknya manusia terbawa perasaan sayang, kata-kata indah pun terlontar, saling memuji, saling memahami, saling mengerti dan saling mengiyakan. Panggilan romantisan pun  muncul diantara kita tanpa harus disepakati “Sayang”. 

Panggilan spesial yang enggak pernah aku beri ke mantan-mantan yang mana pun. Ini muncul karena “hati” enggak bisa berbohongi kalo lagi berbunga-bunga dan merasa semakin senang. Anehnya, dari dulu aku enggak pernah memakai panggilan special ini sama mantan-mantan aku, seolah-olah risih untuk mengatakannya.

Bayangan saat itu :
“Sayang... lagi mana sayang?” (munek-munek)
“Lagi apa sayang…?” (pengen muntah)
“Aku padamu sayaaaang…..” (houeeek…!!)

Bayangan saat ini :
“Sayang... kamu lagi apa sayang?”
“Hah, motong ayam….??” (Crat, jari ceweknya kesayat pisau)
“Hati-hati donk…, MATA kamu dimana sih sayang…?”

(Emang apa bedanya?)

 Semakin lama tingkat sms kita semakin intens. Panggilan sayang masih terus jalan. Tapi kali ini gak peke matamu. Waktu demi waktu, masa demi masa. Itu judul lagunya Pasha-Ungu dan Opiek (gak nyambung).

Oleh : Andre, fb : Andrew Mick Meyer

Bersambung------

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Sebelum komentar, klik "Notify Me" untuk mengetahui komentar anda telah dibalas oleh saya atau pembaca blog saya.